Kehidupan yang kita lalui tak selalu menyenangkan, sering kita merasa
berputus asa dalam menyikapi ujian hidup yang datang bertubi – tubi.
Manusia sering menganggap bentuk ujian hidup hanyalah berupa penderitaan
dan kesedihan belaka. Padahal kecukupan dan kebahagiaanpun adalah wujud
dari sebuah ujian, namun kita sering lupa menganggap semua kesenangan
itu sebagai ujian.
Ujian yang berupa kebahagiaan sering membuat kita lupa untuk bersyukur
kepada Sang Maha Pemberi Nikmat yaitu Allah swt dan kita sering sekali
tidak menginginkan ujian yang berupa kesenangan dan kebahagiaan itu
cepat berlalu.
Sangat berbeda dengan saat dimana kita menghadapi
ujian yang berupa kesedihan ,kekecewaan, sakit, merasa serba
kekurangan atau tertimpa suatu bencana , kita menginginkan semuanya
cepat berlalu. Disaat – saat tersebutlah baru kita teringat kepada Allah
swt . Kita mengetuk pintuNya di malam buta(Sholat tengah malam), menangis dan mengadukan
nasib yang menimpa.
Salahkah….?
Tentu tidak!
Allah senang dengan hamba yang kembali padaNya. Allah senang melihat
hambaNya yang mengetuk pintuNya ditengah malam buta, Allah senang
melihat hambaNya berdoa dan menangis mengharap pertolonganNya. Allah
senang dengan hambaNya yang mendekat dan mengingatNya. Allah senang
dengan hamba yang tidak menggantungkan hidupnya kepada sesama makhluk.
Allah senang dengan prasangka baik dari hambaNya.
Dalam sebua h hadist Qudsi Allah swt berfirman :
“ Aku akan berada disamping persangkaan hamba
Ku kepada Ku. Jika dia ingat kepada Ku dalam dirinya, maka Aku ingat
kepadanya dalam diri Ku. Jika dia ingat kepada Ku dalam kerumunan yang
ramai, maka Aku ingat kepadanya dalam kerumunan yang lebih baik daripada
kerumunan mereka. Jika dia mendekat kepada Ku satu jengkal, maka Aku
mendekat kepadanya satu lengan. Jika dia mendekat kepada Ku satu lengan ,
maka Aku mendekat kepadanya satu depa. Jika dia mendekat Ku dengan
berjalan, maka Aku mendekat kepadanya dengan berlari “ (HR. Abu Hurairah)
Dengan demikian , hamba yang tengah galau
dilanda duka cita janganlah berputus asa lalu bunuh diri atau mencari –
cari kesalahan orang lain dan melampiaskannya dalam kemarahan yang luar
biasa. Tidak mudah memang untuk mampu bersikap sabar dan ikhlas. Namun kita harus belajar dan terus belajar. Kita harus melatih
diri kita untuk siap sedia menerima apapun cobaan yang diberikan Allah,
baik berupa duka cita maupun senang dan bahagia. Bagaimana seseorang
dapat dikatakan sabar bila tidak diuji terlebih dahulu.
Dan satu hal penting yang harus selalu kita
ingat, disaat mendapat ujian seberat apapun kita harus percaya diri
bahwa kita akan mampu menyelesaikan persoalan – persoalan tersebut
dengan baik karena Allah berfirman :
“Allah tidak akan memberikan beban kepada seseorang di luar batas kemampuannya” (Qs Al Baqarah :286)
Maka yakinlah, bahwa semua cobaan pahit dalam
kehidupan tidak mungkin Allah ujikan bila kita dianggapNya tidak mampu
untuk melaluinya. Allah tidak bermain – main dalam hal penciptaan
apapun. Allah sangat memahami dan tahu akan kekuatan dan kemampuan
hambaNya. Allah tidak asal memilih seorang hambanya untuk diuji .
Berat ringannya suatu ujian yang diujikan Allah kepada hambaNya telah
Allah tetapkan dengan pengetahuanNya.
Hikmah dibalik sikap sabar kita dalam menghadapi ujian diantaranya adalah seperti apa yang disabdakan Rasullah saw :
Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Tiadalah seorang Muslim itu menderita
kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk
duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-kesalahannya.”
( HR Bukhari - Muslim)
( HR Bukhari - Muslim)
Kita harus berkeyakinan diri bahwa Allah SWT tidak akan pernah
membiarkan umatnya tenggelam dalam duka selamanya. Karena dibalik
kesulitan pasti ada kemudahan dan Allah menjanjikan pahala yang besar
bagi kita untuk kehidupan kita nanti.
Semoga ujian hidup yang kita dapatkan bisa menjadikan kita makhuk yang di tinggikan derajatNya dan diberikan hikmah dari setiap ujian yang kita jalani tentunya dengan sabar dan ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar